Jumat, 23 Januari 2009

Aku Ingin Hidayah Itu,...

Fulanah terlihat kalut ketika melangkah pulang.Dengan langkah gontai disusurinya kelas-kelas yang sudah mulai sepi, beberapa temannya nampak masih asyik berbincang-bincang. Biasanya ia tidak akan melewatkan kesempatan ini. Mereka adalah teman karib Fulanah akan tetapi kali ini ia lebih memilih pulang daripada 'nimbrung' dengan mereka. Beberapa buku islam memenuhi tasnya, ia pinjam dari teman sekelasnya yang berjilbab.

Hatinya merasa sejuk bila bersama teman barunya itu, yang menurut Fulanah ''baru'' karena walaupun sudah setahun sekelas ia tidak pernah dekat seperti waktu ini. Cukup lama ia berdiskusi seputar masalah agama dengannya. Ia sadar ia harus berubah, tapi ia bimbang. Bila ia dekat dengan ''ganknya'' maka keinginan untuk berjilbab hilang lagi. Namun bila ia dekat dengan teman barunya itu hatinya kembali menggebu untuk segera merubah penampilannya. Ia ingin meraih hidayah itu,... Sungguh ia ingin berubah tapi ia juga tidak ingin kehilangan kawan karibnya (ganknya) karena ia tahu bila ia berjilbab mereka akan menjauhinya.

Kasus Fulanah diatas sering terjadi dikalangan muslimah baik di sekolah maupun perguruan tinggi. Berat meninggalkan kawan karib dan merasa takut kehilangan mereka bila terjadi perubahan total yang terjadi pada setiap muslimah yang ingin taat pada-Nya, Ingin menggapai hidayah-Nya. Di satu sisi setiap muslimah yang mempunyai kawan karib jauh dari bimbingan agama akan menerima konsekuensi dikucilkan atau dijauhkan, di sisi lain ia akan mendapatkan kawan-kawan baru dalam majelis ilmu atau akhwat berjilbab yang sudah senior yang masih asing baginya. Sehingga posisinya benar-benar sulit dan dalam keadaan yang kritis. Apabila hal ini tidak ditanggapi dengan baik oleh muslimah yang telah lama istiqamah menuntut ilmu syar'i maka kemungkinan besar kasus Fulanah kembali kepada ganknya akan terjadi. Dan, itu tidak hanya satu dua akan tetapi cukup banyak terjadi dan sangat memprihatinkan.Pendekatan yang hikmah dan arif perlu dilakukan agar para muslimah yang ''baru belajar'' tetap istiqamah mempertahankan hidayah yang telah diraihnya.

Sebagai renungan,... hidayah sangat sulit dipertahankan apabila kita bergaul dengan kawan yang buruk, hati dan jiwa ini sangat lemah dan cenderung untuk menuruti hawa nafsu. Karena itu untuk mempertahankannya haruslah ada usaha dari setiap insan untuk melazimi majelis ilmu syar'i dan hanya bergaul dengan kawan-kawan yang shaleh dan baik akhlaknya.Berapa banyak nanti manusia akan menyesal di hari akhir akibat memiliki teman akrab yang menjauhkan mereka dari agama ini sebagaimana firman-Nya:

''Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa'' (Az-Zukhruf:67). Wallahu'alam bish-shawwab.

Jumat, 19 Desember 2008

Khalifah Umar dan Sungai Nil

Kisah ini terjadi tatkala Mesir di taklukkan oleh kaum muslimin. Penduduk Mesir mendatangi Amr bin Ash pada saat masuk salah satu bulan yang dianggap sakral oleh penduduk setempat.
Kemudian orang-orang mesir itu berkata, “wahai gubernur, sesungguhnya Nil ini memiliki kebiasaan dimana dia tiak akan mengalir kecuali dengan tradisi tersebut?” Lantas, Amr bin Ash bertanya, “tradisi apakah itu?”
“jika masuk tanggal sebelas bulan ini, kami akan mencari seorang perawan yang cantik nan elok ke rumah orang tuanya. Lalu kami meminta orangtuanya untuk memberikan perawan itu kepada kami dengan suka rela. Kemudian kami hiasi perawan itu dengan baju dan hiasan yang sangat indah. Kemudian, kami mengaraknya menuju sungai nil dan setelah itu kami lemparkan dia”, jawab penduduk.
Amr bin Ash kemudian berkata lagi,”ini tidak mungkin dilakukan di Islam. Karena sesungguhnya Islam menghapus tradisi Jahiliyah.”
Lalu mereka melakukan perintah Amr bin Ash. Ternyata Nil itu kering dan tidak mengalirkan air setetes pun. Hingga banyak penduduk yang ingin melakukan hijrah.
Melihat kondisi tersebut, Amr bin Ash menulis surat kepada Umar bin Khattab, khalifah kaum Muslimin waktu itu. Dalam surat itu, dia menerangkan bahwa penduduk di timpa musibah akibat yang ia katakana. Dia juga menuliskan dalam surat itu bahwa Islam telah menghapus semua tradisi masa lalu.
Kemuian Khalifah Umar membalas surat kepada Amr bin Ash yang di dalamnya ada nota kecil. Dalam surat itu Umar menuliskan: “sesungguhnya saya telah mengirim kepadamu dalam suratku sebuah nota kecil, maka lemparlah nota kecil itu kedalam sungai Nil.”
Tatkala surat Umar sampai ditangan Amr bin Ash, dia mengambil nota kecil dan membukanya. Ternyata di dalamnya berisi tulisan sebagai berikut: “dari hamba Allah, Amirul Mu’minin, Umar bin Al-Khattab amma ba’du. Jika kau mengalir karena dirimu sendiri maka janganlah engkau mengalir. Namun jika yang mengalirkan airmu adalah Allah, maka mintalah kepada Allah Yang Maha Kuasa untuk menglirkanmu kembali.”
Amr bin Ash kemudian menuju sungai Nil dan melemparkan nota kecil dari Umar ke sungai Nil. Tak lama kemudian, Allah mengalirkan air sungai Nil dengan kadar enam dziro’ dalam satu malam. Dengan terjadinya peristiwa itu, Allah telah menghancurkan tradisi jahiliyah dari penduduk Mesir hingga sekarang.