Jumat, 19 Desember 2008

Khalifah Umar dan Sungai Nil

Kisah ini terjadi tatkala Mesir di taklukkan oleh kaum muslimin. Penduduk Mesir mendatangi Amr bin Ash pada saat masuk salah satu bulan yang dianggap sakral oleh penduduk setempat.
Kemudian orang-orang mesir itu berkata, “wahai gubernur, sesungguhnya Nil ini memiliki kebiasaan dimana dia tiak akan mengalir kecuali dengan tradisi tersebut?” Lantas, Amr bin Ash bertanya, “tradisi apakah itu?”
“jika masuk tanggal sebelas bulan ini, kami akan mencari seorang perawan yang cantik nan elok ke rumah orang tuanya. Lalu kami meminta orangtuanya untuk memberikan perawan itu kepada kami dengan suka rela. Kemudian kami hiasi perawan itu dengan baju dan hiasan yang sangat indah. Kemudian, kami mengaraknya menuju sungai nil dan setelah itu kami lemparkan dia”, jawab penduduk.
Amr bin Ash kemudian berkata lagi,”ini tidak mungkin dilakukan di Islam. Karena sesungguhnya Islam menghapus tradisi Jahiliyah.”
Lalu mereka melakukan perintah Amr bin Ash. Ternyata Nil itu kering dan tidak mengalirkan air setetes pun. Hingga banyak penduduk yang ingin melakukan hijrah.
Melihat kondisi tersebut, Amr bin Ash menulis surat kepada Umar bin Khattab, khalifah kaum Muslimin waktu itu. Dalam surat itu, dia menerangkan bahwa penduduk di timpa musibah akibat yang ia katakana. Dia juga menuliskan dalam surat itu bahwa Islam telah menghapus semua tradisi masa lalu.
Kemuian Khalifah Umar membalas surat kepada Amr bin Ash yang di dalamnya ada nota kecil. Dalam surat itu Umar menuliskan: “sesungguhnya saya telah mengirim kepadamu dalam suratku sebuah nota kecil, maka lemparlah nota kecil itu kedalam sungai Nil.”
Tatkala surat Umar sampai ditangan Amr bin Ash, dia mengambil nota kecil dan membukanya. Ternyata di dalamnya berisi tulisan sebagai berikut: “dari hamba Allah, Amirul Mu’minin, Umar bin Al-Khattab amma ba’du. Jika kau mengalir karena dirimu sendiri maka janganlah engkau mengalir. Namun jika yang mengalirkan airmu adalah Allah, maka mintalah kepada Allah Yang Maha Kuasa untuk menglirkanmu kembali.”
Amr bin Ash kemudian menuju sungai Nil dan melemparkan nota kecil dari Umar ke sungai Nil. Tak lama kemudian, Allah mengalirkan air sungai Nil dengan kadar enam dziro’ dalam satu malam. Dengan terjadinya peristiwa itu, Allah telah menghancurkan tradisi jahiliyah dari penduduk Mesir hingga sekarang.

Khalifah Umar dan Sungai Nil

Kisah ini terjadi tatkala Mesir di taklukkan oleh kaum muslimin. Penduduk Mesir mendatangi Amr bin Ash pada saat masuk salah satu bulan yang dianggap sakral oleh penduduk setempat.
Kemudian orang-orang mesir itu berkata, “wahai gubernur, sesungguhnya Nil ini memiliki kebiasaan dimana dia tiak akan mengalir kecuali dengan tradisi tersebut?” Lantas, Amr bin Ash bertanya, “tradisi apakah itu?”
“jika masuk tanggal sebelas bulan ini, kami akan mencari seorang perawan yang cantik nan elok ke rumah orang tuanya. Lalu kami meminta orangtuanya untuk memberikan perawan itu kepada kami dengan suka rela. Kemudian kami hiasi perawan itu dengan baju dan hiasan yang sangat indah. Kemudian, kami mengaraknya menuju sungai nil dan setelah itu kami lemparkan dia”, jawab penduduk.
Amr bin Ash kemudian berkata lagi,”ini tidak mungkin dilakukan di Islam. Karena sesungguhnya Islam menghapus tradisi Jahiliyah.”
Lalu mereka melakukan perintah Amr bin Ash. Ternyata Nil itu kering dan tidak mengalirkan air setetes pun. Hingga banyak penduduk yang ingin melakukan hijrah.
Melihat kondisi tersebut, Amr bin Ash menulis surat kepada Umar bin Khattab, khalifah kaum Muslimin waktu itu. Dalam surat itu, dia menerangkan bahwa penduduk di timpa musibah akibat yang ia katakana. Dia juga menuliskan dalam surat itu bahwa Islam telah menghapus semua tradisi masa lalu.
Kemuian Khalifah Umar membalas surat kepada Amr bin Ash yang di dalamnya ada nota kecil. Dalam surat itu Umar menuliskan: “sesungguhnya saya telah mengirim kepadamu dalam suratku sebuah nota kecil, maka lemparlah nota kecil itu kedalam sungai Nil.”
Tatkala surat Umar sampai ditangan Amr bin Ash, dia mengambil nota kecil dan membukanya. Ternyata di dalamnya berisi tulisan sebagai berikut: “dari hamba Allah, Amirul Mu’minin, Umar bin Al-Khattab amma ba’du. Jika kau mengalir karena dirimu sendiri maka janganlah engkau mengalir. Namun jika yang mengalirkan airmu adalah Allah, maka mintalah kepada Allah Yang Maha Kuasa untuk menglirkanmu kembali.”
Amr bin Ash kemudian menuju sungai Nil dan melemparkan nota kecil dari Umar ke sungai Nil. Tak lama kemudian, Allah mengalirkan air sungai Nil dengan kadar enam dziro’ dalam satu malam. Dengan terjadinya peristiwa itu, Allah telah menghancurkan tradisi jahiliyah dari penduduk Mesir hingga sekarang.

Jumat, 12 Desember 2008

Khalifah Umar dan Sungai Nil


Kisah ini terjadi tatkala Mesir di taklukkan oleh kaum muslimin. Penduduk Mesir mendatangi Amr bin Ash pada saat masuk salah satu bulan yang dianggap sakral oleh penduduk setempat.

Kemudian orang-orang mesir itu berkata, “wahai gubernur, sesungguhnya Nil ini memiliki kebiasaan dimana dia tiak akan mengalir kecuali dengan tradisi tersebut?” Lantas, Amr bin Ash bertanya, “tradisi apakah itu?”

jika masuk tanggal sebelas bulan ini, kami akan mencari seorang perawan yang cantik nan elok ke rumah orang tuanya. Lalu kami meminta orangtuanya untuk memberikan perawan itu kepada kami dengan suka rela. Kemudian kami hiasi perawan itu dengan baju dan hiasan yang sangat indah. Kemudian, kami mengaraknya menuju sungai nil dan setelah itu kami lemparkan dia”, jawab penduduk.

Amr bin Ash kemudian berkata lagi,”ini tidak mungkin dilakukan di Islam. Karena sesungguhnya Islam menghapus tradisi Jahiliyah.”

Lalu mereka melakukan perintah Amr bin Ash. Ternyata Nil itu kering dan tidak mengalirkan air setetes pun. Hingga banyak penduduk yang ingin melakukan hijrah.

Melihat kondisi tersebut, Amr bin Ash menulis surat kepada Umar bin Khattab, khalifah kaum Muslimin waktu itu. Dalam surat itu, dia menerangkan bahwa penduduk di timpa musibah akibat yang ia katakana. Dia juga menuliskan dalam surat itu bahwa Islam telah menghapus semua tradisi masa lalu.

Kemuian Khalifah Umar membalas surat kepada Amr bin Ash yang di dalamnya ada nota kecil. Dalam surat itu Umar menuliskan: “sesungguhnya saya telah mengirim kepadamu dalam suratku sebuah nota kecil, maka lemparlah nota kecil itu kedalam sungai Nil.”

Tatkala surat Umar sampai ditangan Amr bin Ash, dia mengambil nota kecil dan membukanya. Ternyata di dalamnya berisi tulisan sebagai berikut: “dari hamba Allah, Amirul Mu’minin, Umar bin Al-Khattab amma ba’du. Jika kau mengalir karena dirimu sendiri maka janganlah engkau mengalir. Namun jika yang mengalirkan airmu adalah Allah, maka mintalah kepada Allah Yang Maha Kuasa untuk menglirkanmu kembali.”

Amr bin Ash kemudian menuju sungai Nil dan melemparkan nota kecil dari Umar ke sungai Nil. Tak lama kemudian, Allah mengalirkan air sungai Nil dengan kadar enam dziro’ dalam satu malam. Dengan terjadinya peristiwa itu, Allah telah menghancurkan tradisi jahiliyah dari penduduk Mesir hingga sekarang.  

Kamis, 07 Agustus 2008

Rumah Masa Depan

Siang itu matahari bersinar cukup garang menyirami pekuburan Pondok Kelapa mengiringi jenazah almarhumah ibunda dari pimpinan perusahaan tempat saya bekerja. Tanah merah yang kering menjadi berdebu diterpa angin yang bertiup kencang. Perlahan-lahan tubuh almarhumah mulai dimasukkan ke dalam liang lahat. Sanak famili yang datang tertunduk haru bahkan ada yang tak tertahankan tangisnya.

Setelah jenazah diletakkan di dalam lubang dan tali pengikat kafan dilepaskan para penggali kubur menutupinya dengan tanah dan di atasnya ditanamkan batu nisan. Itulah akhir episode kehidupan seorang anak manusia yang telah habis masa hidupnya di dunia dan mulai memasuki kehidupannya yang baru di alam kubur.

Terbayang olehku gelapnya alam kubur, Ya Allah sanggupkah tubuh yang penuh dengan debu dosa dan maksiat ini menghadapi kepengapan, kesempitan dan kesunyiannya? Belum lagi mahluk-mahluk kecil yang siap menjelajahi tubuh ini hingga perlahan-lahan menghancurkannya dan menyisakan tulang belulang.

Tak ada lagi gemerlap kehidupan dunia, mobil mewah yang kita miliki tidak ikut masuk ke dalam lubang ukuran 2 x 1 m di kedalaman 2 m, deposito dollar, saham perusahaan, tanah 1000 hektar, istri yang cantik, jabatan semuanya kita tinggalkan.

Ya Allah jadikanlah kubur sebagai pengingat diri dari berbuat zhalim dan melanggar perintah-Mu.

Kubur adalah rumah masa depan kita, rumah yang seharusnya kita persiapkan jauh-jauh hari. Kalau untuk rumah di dunia saja kita sibuk ambil kredit, mati-matian menabung bahkan tidak jarang ada yang bela-belain korupsi hanya untuk mendapatkan rumah. Lantas kenapa untuk peristirahatan yang abadi kita malah lalai bahkan lupa?

Ya Allah, jadikanlah sisa umur ini menjadi usia yang penuh manfaat dan keberkahan sehingga menjadi penolongku nanti.

Ingatkah waktu hendak membangun rumah kita sibuk merancang arsitektur, pondasi, bangunan fisik dan interiornya? Begitu cermatnya kita hingga tidak segan mengeluarkan biaya besar untuk mewujudkannya. Lalu bagaimana dengan rumah masa depan kita? Sudahkah kita merancang arsitektur ibadah kepada Allah, lalu kita gali diri ini dengan ilmu untuk memperkokoh pondasi keimanan dan ketakwaan, kemudian kita bangun tiang-tiangnya dengan shalat khusyu' nan ikhlas disertai dinding amal sholeh serta kebaikan, dan tak lupa menutup atap rumah kita dengan infak di jalan Allah.

Ya Allah, seandainya kau cabut nyawaku saat ini juga jadikanlah sebagai akhir yang baik dan mudahkanlah.

Selasa, 10 Juni 2008

Menjadi Muslimah DIAM

Diam adalah emas...Sahabat, sering kita dengar ungkapan tersebut. Namun diam seperti apakah yang akan menjadi emas? Tentu bukan diam karena tidak tahu, diam karena lemah, diam karena pasrah, atau diam karena menyerah kalah. Menjadi muslimah diam? Diam apakah yang akan menjadikan seorang muslimah menjadi pribadi unggulan yang dijadikan sebagai figur dambaan umat?
1. Dewasa.
Seorang muslimah dituntut untuk dewasa. Bukan hanya dewasa dari segi fisik atau usia, tetapi dituntut untuk bisa dewasa atau matang dalam sikap dan perbuatan. Seorang ibu dituntut untuk bersikap dewasa dihadapan anak-anak dan keluarganya. Jika seorang muslimah tidak bisa bersikap dewasa, maka ia akan tidak sabar dengan pertanyaan-pertanyaan anak-anaknya, juga dia tidak akan sabar dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.Memang, setiap individu memiliki sisi kekanakan dalam dirinya. Tak masalah, jika usia seseorang masih terbilang muda, atau remaja, tapi pikirannya dewasa, sebaliknya, tak lucu jika seseorang yang sudah dewasa dari segi umur, namun sifatnya masih sangat kekanak-kanakkan. Seorang muslimah pun dituntut selalu berpikiran jernih di setiap kondisi. Semua itu bisa diraih bila muslimah bersikap dewasa.
2. Inovatif
Seorang muslimah dituntut untuk inovatif, selalu mempunyai gagasan dan ide-ide baru hingga segala sesuatu tidak terkesan monoton dan membosankan. Contoh, jika seorang ibu rumah tangga terus-terusan memasak masakan yang sama, tanpa ada inovasi-inovasi, tentu akan membuat anggota keluarganya bosan. Atau tatanan kamar yang sama selama bertahun-tahun, tentu akan membuat kita bosan.Coba, jika kepala kita sedang penuh masalah, lalu kita rubah interior kamar kita, buang atau simpan barang-barang yang sudah tidak kita perlukan. Insya Allah, suasana baru akan membantu menyegarkan pikiran kita. Atau juga, jika kita memiliki beberapa pakaian lama yang masih bagus, kita bisa memperbaharuinya dengan menambah atau mevariasikannya dengan baju-baju lain atau dengan beberapa aksesoris, sehingga terkesan baru. Akan banyak hal-hal baru yang terciptakan yang akan membuat perubahan dalam hidup kita jika selalu berfikiran inovatif.
3. Alami
Bersikaplah wajar, alami, tidak dibuat buat. Berperilaku wajar dan alami tidak dibuat-buat. Berdandan wajar, alami tidak terlalu menor. Karena kadang segala sesuatu yang berlebihan malah membuat sesuatu jadi tidak enak dipandang. Segala sesuatu yang alami tak akan pernah lekang ditelan jaman. Biarkan segala sesuatu berjalan apa adanya, sesuai kehendak Allah.
4. Menyejukkan
Seorang muslimah haruslah jadi penyejuk bagi suami juga keluarganya. Seperti yang dilakukan Bunda Khadijah saat Rasulullah SAW ketika beliau mendapat wahyu pertama. Siti Khadijah menenangkan beliau. Siti Khadijah juga yang setia mendampingi Rasulullah SAW dalam setiap langkahnya. Seorang istri haruslah bisa jadi penyejuk dalam setiap langkah suaminya, penerang dalam gelapnya.Seorang muslimah harus bisa jadi penyejuk di tengah lingkungannya, jangan sampai jadi pemanas suasana. Banyak wanita yang menghabiskan waktunya untuk bergosip, membuat suasana menjadi panas. Seorang istri harus dengan sabar mendampingi suaminya, karena banyak rumah tangga yang suasananya menjadi panas, hanya karena si istri menuntut terlalu banyak dari suaminya. Sudah banyak diriwayatkan, bahwa sebagian besar pengisi neraka adalah wanita. Na'udzubillahi min dzalik.Seorang ibu juga harus selalu jadi penyejuk bagi anak-anaknya, menjadi pendengar yang setia dari setiap keluhan yang diceritakan anak-anaknya, dengan memberi thausiyah-thausiyah yang menyejukkan kalbu. Subhanallah, alangkah indahnya jika seorang muslimah bisa menjadi penyejuk pandangan setiap insan, terutama keluarganya. Dimana ia menjadi tempat yang dicari setiap orang untuk berteduh dari lelahnya, yang akan selalu siap menyambut mereka dengan senyuman yang tulus dan kata-katanya bagaikan embun di tengah gersang.Ukhti muslimah, Saat ini kita terlalu lelah dengan berbagai kondisi yang sering tidak menentu. Maka jadilah antunna sebagai figur dambaan umat, yang dengan DIAM, antunna menjadi muslimah yang selalu dirindukan setiap orang. Wallahu'alam bishshowab. (ayyesha_yahya)

Selasa, 27 Mei 2008

Bukan Sangkar Emas

Sudah beberapa hari ini rumahku bak kapal pecah, berantakan! Biarin, aku lagi nggak peduli. Eh, memang aku sengaja deh biar suamiku “ngeh” kalau aku lagi melakukan aksi unjuk diam. Bukan diam mulut tapi diam nggak ngapa-ngapain. Tapi yang bikin gemes, dia cuek aja.

“Jadi liburnya kapan, Yah?” Entah untuk yang keberapa kali aku menanyakan hal ini pada suamiku. Bukan apa-apa, sudah beberapa kali pula suamiku selalu mengumumkan penangguhan libur di tempat kerjanya. Padahal anak-anak sudah bosan main di rumah, nggg...aku juga sih, bosan di rumah terus.

“Masih belum tahu. Soalnya jadwal baru belum disusun di kantor” suamiku menjawab ringan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar TV, serius mengikuti perkembangan Palestina di BBC.

“Selalu nggak jelas begitu. Nggak professional!” Aku beranjak ke meja komputer. Raihan dan Rauda, kedua anakku sudah terlelap setelah aku tunaikan rutinitas mendongeng untuk mereka. Mending internetan! Tapi...ah, baru saja kubuka situs langgananku, tiba-tiba Rauda bangun lagi dan merengek minta aku kembali ke kamar.

Hhhhh…kenapa sih bangun lagi, batinku. “Yah, tolong tuh Rauda ditemani bobo.”

“Sini, Rauda...”

Rauda makin ribut. Ugh, bukannya dijemput! Lha kalau lagi ngambek begitu Rauda mana bergeming?

“Tolong dong dijemput, Yah. Bunda mau internetan” Aku mulai kesal.

Tak ada respon.

“Setiap hari beginiiii terus... Kapan Bunda punya waktu untuk diri sendiri, kapan punya waktu untuk memperluas wawasan…kalau dari pagi sampai malam cuma capek dan sibuk ngurus anak-anak, ngurus ayah, ngurus rumah…” Dan bla-bla-bla…rasanya puncak kekesalanku sudah mencapai ujung rambut. Rauda jadi cemas, rengekkannya berubah menjadi tangis kencang.

*****



Awalnya tak pernah terbayang olehku, bahwa hidup bisa sedemikian cepat berubah. Terlalu sangat tiba-tiba, malah. Dulu aku terbiasa sibuk dengan organisasi kampus, kemudian kerja di kantor, juga organisasi sosial kemasyarakatan. Pergi pagi pulang malam, hhmmm...sampai nggak sempat belajar bagaimana caranya mengurus rumah. Ups! Aktivitas yang satu itu memang aku paling malas, apalagi memasak! Dan disaat sibuk meneruskan kuliah Masterku, tiba-tiba seseorang datang meminang, aku jadi kelabakan. Apalagi jeda waktu persiapannya begitu pendek, sampai sulit rasanya untuk bernapas. Tapi pernikahan memang perlu disegerakan, agar tidak timbul fitnah, apalagi untuk kami yang sedang merantau di negeri orang. Alhamdulillah, pada akhirnya segala urusan lancar. Hanya saja, setelahnya aku sempat terseok-seok menyelesaikan thesisku karena aku dan suamiku memutuskan untuk tidak menolak amanah, memiliki anak.

Beruntung profesorku orang yang baik dan mau mengerti kondisiku. Aku banyak diberi kelonggaran-kelonggaran termasuk waktu kuliahku yang diperpanjang. Aku berhasil menyelesaikan studiku, saat Raihan berusia 6 bulan. Tak sampai setahun kemudian aku kembali dikaruniai anak kedua. Maka sejak saat itulah aku mulai belajar mengubur angan-angan, beraktifitas di luar rumah dan berkarir.

Mungkin kalau aku tega, bisa saja anak-anak aku titip di tempat penitipan anak seperti saran profesorku dulu saat aku kelimpungan membagi waktu antara menyelesaikan thesisku dan mengurus keluarga. Tapi aku tidak rela dan tega. Anak-anakku butuh ASI bundanya setiap saat mereka haus, butuh dekapan dan belaian sayang saat merasa cemas atau sakit, dan yang pasti aku ingin mendidik anak-anakku aqidah Islam sejak usia dini. Tentu ada konsekuensinya. Seluruh waktuku otomatis terpaku pada urusan suami, anak dan rumah. 24 jam sehari! Layaknya para perantau, di negeri ini, semua harus dikerjakan sendiri karena tenaga manusia teramat sangat mahal. Awalnya aku begitu bahagia dan bangga, bisa mengurus segala sesuatu dengan tanganku sendiri. Setiap bulan, saat menelpon mama di Jakarta ada saja laporan resep masakan yang telah sukses aku praktekkan.

Tapi lama kelamaan kerja rutin 24 jam itu membuatku bosan dan aku merasa otakku makin tumpul. Aku jadi cepat lupa, jangankan untuk mempertahankan jumlah vocab bahasa Inggrisku, bahkan untuk mengingat hari dan tanggal saja aku sering kewalahan! Mau bergaul dengan tetangga juga susah, selain mereka individual, bahasanyapun aku tak begitu mengerti karena bahasa utama mereka bukan bahasa Inggris. Sementara suamiku... ah, dia asyik sendiri dengan kuliah dan kerjanya. Kalau sudah begitu, ingin rasanya segera pulang ke tanah air. Aku bisa lebih banyak beraktifitas disana, tidak seperti disini. Semakin hari aku merasa semakin suntuk dan terpuruk, seperti burung dalam sangkar emas...

*****



Beberapa hari belakangan suamiku tampak sibuk di depan komputer. Setelah makan malam dan sholat, dia akan serius mengetik sampai larut malam. Hhhh... paling-paling mengerjakan thesisnya, tulisan-tulisannya atau tugas-tugas kantor. Aku tidak peduli. Setelah capek seharian aku lebih memilih langsung tidur bersama anak-anak.

“Coba tolong dibaca, Nda. Barangkali ada yang kurang” Suamiku menyodorkan beberapa lembar kertas.

Sejenak kupandangi saja kertas-kertas ditangannya. Tak berminat. Dulu, saat aku masih kuliah dia biasa minta tanggapan dan masukan-masukan dariku untuk setiap tulisan-tulisan yang dibuatnya, entah tugas kuliah atau tugas kantornya. Begitu juga sebaliknya dia akan membantu dan memberi kritiknya untuk tugas-tugas kuliahku. Tapi belakangan aku sudah malas, selain capek membaca dan mencerna tulisan berbahasa Inggris itu, aku juga merasa patah arang. Untuk apa, toh aku hanya akan mengurusi rumah saja.

“Baca dulu dong, say...”

Ugh, maksa lagi! Setengah hati kuambil kertas-kertas itu. Lho ini kan draft proposal untuk kuliah S3... kulihat juga lembar-lembar CVku dan beberapa tulisan yang dulu pernah dikerjakan suamiku. Wah, nggak nyangka, ternyata dia pakai juga masukan-masukanku untuk tulisan-tulisannya, dan mencantumkan namaku sebagai co-authornya.

“Gimana, kalau masih ada yang kurang bisa cepat dilengkapi. Biar Ayah bisa segera kirim ke Universitas”

Aku diam, masih takjub.

“Kalau sudah nggak ada yang kurang, cepat Bunda tanda tangani surat permohonannya, ya”

“Anak-anak...Biayanya...” Ya, saat itu yang terpikir olehku bagaimana nasib anak-anak. Siapa yang akan mengurus mereka kalau Bundanya kuliah lagi, dan dari mana kami bisa membayar biaya kuliah yang mahal sedangkan untuk mendapat beasiswa susahnya bukan main.

“Bunda baca lagi deh pelan-pelan. Itu kan proposal untuk kuliah jarak jauh, jadi bisa dari rumah. Ya, mungkin sekali-sekali perlu juga ketemu sama dosen, tapi waktunya bisa diatur kok. Mudah-mudahan, kalau profesornya punya proyek Bunda bisa dilibatkan disana, jadi bisa gratis untuk biayanya. Tapi proposalnya juga harus yang menarik. Insya Allah, kita kan sedang mencoba dan berusaha. Thesis Bunda kemarin bagus, ayah yakin paling tidak akan sempatlah dilirik oleh profesornya. Maaf ya Nda, ayah memang sengaja buat ini. Habis waktu luang Bunda setelah mengurus rumah hanya habis buat internetan dan balas email-email aja sih...”

Aku tersenyum malu, kucubit pinggangnya manja. Ah, ternyata dia masih memikirkanku dan tak ingin segala potensi dalam diriku berkarat dan tumpul karena termakan waktu. Hhmm, nanti malam aku akan mulai lagi membuka-buka materi-materi kuliahku dulu, banyak baca literatur Inggris lagi, dan...ah, aku merasa api semangatku mulai menghangat dan berkobar. Tidak apa-apa tidak kuliah di ruang kelas, tidak bertemu teman-teman atau dosen di kampus.... Tentu, aku akan lebih bahagia membayangkan belajar ditemani anak-anakku dalam ruang-ruang rumah kami yang nantinya tidak lagi seperti sangkar emas.

Energi Cinta

“Orang yang tidak memiliki apa-apa, tidak akan dapat memberi apa-apa.”

Pertama kali mendengar ungkapan di atas, yang terlintas di otak saya adalah bahwa ungkapan ini mencerminkan satu kesombongan seorang kaya. Mencoba merenung lebih jauh, ternyata saya telah terjebak dalam sebuah kedangkalan pemikiran. Memberi, terkadang memang menimbulkan konotasi yang berkaitan dengan materi. Padahal, tidak selamanya aktivitas memberi itu harus diidentikkan dengan harta benda. Semua hal yang membutuhkan interaksi antara 2 pihak atau lebih, selalu akan bersinggungan dengan kata ‘memberi’ dan ‘menerima’. Pertolongan, informasi, nasehat, perhatian, cinta adalah beberapa hal yang bisa kita ‘beri’ dan kita ‘terima’, tanpa harus berwujud suatu materi. Tetapi ada satu kesamaan di antara semua pemberian itu. Ketika kita ingin memberi, kita harus terlebih dahulu memiliki apa yang ingin kita berikan itu.

Kali ini, lagi-lagi, kita bicara tentang CINTA. Tema universal ini memang tidak akan pernah bosan dan usang untuk dibahas. Tapi di sini saya tidak ingin membicarakan tentang keromantisan cinta seorang laki-laki dan perempuan. Saya teringat lirik sebuah lagu ketika saya sekolah dulu:

Don't search in the stars for signs of love, just look around your live you'll find enough. (Se A Vida E – Pet Shop Boys)

Ya. Lihatlah ke sekitar kita. Sangat banyak cinta yang telah kita peroleh. Cinta dari kedua orang tua kita, kakak dan adik kita, sahabat-sahabat, guru, tetangga, bahkan dari orang-orang yang tidak pernah kita duga sebelumnya, mereka senantiasa memberikan cintanya kepada kita. Sebagian mungkin tidak tercetus secara lisan, tapi getaran itu tetap tertangkap melalui tindakan mereka, dan mewarnai hari-hari kita. Bahkan dari makhluk selain manusia pun, kita senantiasa mendapatkan cinta itu.

Ingatkah bahwa matahari hari ini masih bersinar untuk membantu proses fotosintesis tumbuhan, yang kemudian menghasilkan O2 untuk kita hirup? Ingat juga ketika semalam kita memandangi bulan yang menebarkan cahaya dengan cantiknya untuk menemani kegelapan sang malam? Bahwa angin laut dan gelombang telah dan akan senantiasa membantu manusia dalam menepikan ikan untuk ditangkap? Atau perasaan senang kita saat tergelak memperhatikan seekor kucing yang terbelit benang rajutan? Atau kedamaian yang kita rasakan saat melihat sepasang angsa berenang dengan anggunnya di tengah danau? Subhanallah....

"Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Al-Jaatsiyah: 13)

Begitu banyak energi cinta yang telah ditransfer ke dalam kehidupan kita, bukankah akan sangat adil jika kita ingin membalas semua cinta itu dengan energi yang sama, atau bahkan lebih besar? Seorang sahabat pernah menyebutkan,

“Jangan pernah lupa bahwa di alam ini berlaku hukum kekekalan energi. Setiap energi yang kita keluarkan untuk sekitar kita, ia tidak akan pernah hilang menguap begitu saja. Energi itu pasti akan kembali kepada kita, terkadang setelah bertransformasi ke dalam bentuk yang lain.”

Saya termenung mendengar pernyataan itu. Bukan, bukan suatu pamrih yang terbaca darinya, tapi tersirat sebuah ketulusan yang luar biasa. Cukuplah kita mengharapkan ‘pengembalian’ energi itu dalam bentuk pahala dan catatan amal kebaikan di sisi Allah SWT.

“Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.” (QS. Mukmin: 17)

Sampai titik ini, semoga secara diam-diam telah terbersit di hati kita sebuah keinginan untuk membagi energi cinta itu, lalu bersama-sama kita bertanya: Bagaimana caranya? Maha Besar Allah yang telah menyiapkan jawaban atas pertanyaan itu:

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang." (QS. Maryam: 96)

Subhanallah... Lihatlah! Ternyata rasa kasih sayang itu akan Allah tanamkan ke dalam hati orang-orang yang beriman dan beramal soleh. Tentu saja rasa kasih sayang yang dimaksud di sini adalah yang sesuai dengan syariat Islam, kasih sayang yang bernilai ibadah, menjadikan orang-orang yang melaksanakannya mendapat naungan Allah pada hari dimana tiada naungan kecuali dari-Nya, kasih sayang yang membawa orang-orang yang melaksanakannya naik ke atas mimbar cahaya dan membuat iri para nabi dan syuhada.

Manusia adalah makhluk sosial. Setiap hari kita dituntut untuk berinteraksi dengan berbagai macam orang. Mulai dari membuka mata, hingga ketika kita akan menutupnya untuk menunaikan hak istirahat tubuh di waktu malam, kita senantiasa akan bertemu dengan berbagai macam orang. Berinteraksi, sesungguhnya adalah salah satu cara kita untuk memberi energi cinta kepada sekitar kita.

Pada alam kita memberi cinta, dengan menjaga keseimbangannya dan tidak membuat kerusakan. Pada hewan dan tumbuhan pun kita memberi cinta, dengan memberikan hak mereka ketika menjadi tanggungan kita, menampakkan akhlak yang terbaik. Dan pada manusia, transfer energi cinta itu dapat kita lakukan dalam berbagai cara, baik langsung maupun tidak.

Izinkan saya menganalogikan hati manusia seperti sebuah kolam penampungan. Di dasar kolam itu, terdapat banyak keran yang dapat dibuka/tutup untuk pengaturan keluarnya isi kolam. Tentu saja, keran itu akan mengalirkan apa yang ditampung dalam kolam hati kita. Dan sebuah keniscayaan akan berlaku, ketika keran tersebut dibuka terus-menerus tanpa ada aliran masuk kembali, kolam itu akan menjadi kering. Maka, berinteraksi adalah aktivitas kita dalam membuka ‘keran’ untuk mencurahkan energi cinta. Dan agar kasih sayang sebenarnya yang teralirkan, ‘kolam’ tersebut haruslah diisi dengan materi yang sama, yaitu cinta dan kasih sayang.

Kembalilah sejenak untuk membaca firman Allah di atas. Untuk menanamkan rasa kasih sayang di hati kita, kuncinya adalah beriman dan beramal soleh. Sahabat... mari me-recharge energi cinta kita hanya dari sumber cinta yang abadi, Dia Yang Memiliki cinta tak terperi, cinta yang sangat sempurna. Mari, kita isi kembali energi cinta di hati kita dengan shalat-shalat khusyu' kita, tilawah-tilawah tartil kita, shaum sunnah kita, sedekah dan infak kita hari ini, doa-doa panjang kita di waktu malam, serta dari semua pos ibadah dan amal soleh yang telah Allah sediakan bagi kita.

Karena, untuk membuka ‘keran’ pencurahan energi cinta dari ‘kolam’ penampungan yang ada pada hati ini, terlalu sombong rasanya jika kita tidak pernah mengisi kolam tersebut dengan energi cinta dari-Nya. Ya, jika kolam itu sudah kering, apa yang bisa kita bagi?

Senin, 28 April 2008

FI SABILILLAH


Jangan dilarang
Orang yang melayang pandang
Ke sabilillah
:ia sudah tahu resah nyata semesta
seringai malam bumi kita


jangan ditahan
orang yang ingin melemparkan diri
ke sabilillah
:ia sudah tahu ramuan cinta yang firdaus
juga rejam rintangan itu


jangan dinanti
orang yang pergi
ke sabilillah
:ia sudah tahu ke mana
harus menjual nyawa

Kamis, 03 April 2008

Halo Cinta!



'Cinta'... Seringkali ketika kata ini disebut, jiwa manusia pun bergetar, terbuai oleh perasaan deg-deg-an... seakan tersiram oleh keindahan cinta yang berbaur dengan keharuman minyak Yasmine. Orang yang dimabuk cinta seakan tak puas bila tak bermandikan air hujan kemesraan, disiram oleh tangan kasih sayang. Dan ia pun seakan terbang nun jauh diatas sana, menerobos awan yang tenang, melambai gemulai, indah dan bersiramkan wangian misik. Benar tidaknya... anda sendiri yang tahu...

Cinta memang sesuatu yang belum bisa saya mengerti, datang dengan tiba-tiba tanpa bersuara dan perginya pun secepat kilat tanpa kita ketahui... lenyap tanpa bekas, bahkan seringkali terganti dengan lawan dari cinta itu sendiri... yaitu benci.

Tapi muncul satu kekhawatiran yang sering dialami adalah jangan2 cinta itu hanyalah sekedar kedok dari "sesuatu" yang lain, sesuatu yang lebih laten dibandingkan dengan cinta itu sendiri.

Kalau sekedar untuk berdeklamasi, saya tentu akan menjawab dengan lantang, bahwa cintaku untuk Allah, untuk Rasulullah, para sahabat, orang tua, teman, dan seterusnya...dan seterusnya... demikian pula slogan-slogan yang ditempel atau dalam iklan misalnya... tidak mustahil bahwa semua ucapan, atau tingkah laku itu hanyalah kepalsuan belaka... ??!

Tetapi itu hanyalah sekedar slogan saja, yang untuk bisa membuktikannya perlu diuji lagi. Ibaratkan sebuah pedang... ia tidak langsung menjadi sebuah pedang yang tajam tanpa sebelumnya melalui sebuah proses yang tidak ringan. Sebuah proses dari sepotong besi biasa yang kemudian menjadi sebuah pedang yang bagus.

Tidak jarang untuk bisa merasakan cinta pada yang lain maka penyandaran dan berkedok dengan cinta pada Allah sering terlazimi. Tidak jarang dibalik kedok itu adalah karena lebih mencintai diri sendiri... mencintai ego yang ada.

Demi cinta kepada Allah... maka saya melakukan perintahnya...menjauhi larangannya... berusaha mengikuti Sunnah Rasul-Nya... berusaha dekat dan mengikuti kekasih2-Nya... dll. Tetapi ternyata itu hanyalah sebuah kedok bahwa saya jauh lebih besar mencintai diri sendiri.

Karena ego ini masih lebih mengutamakan nikmatnya materi, nikmatnya pujian, nikmatnya penghargaan, nikmatnya kehormatan, nikmatnya harga diri, nikmatnya pahala, nikmatnya berkelompok apalagi yang merasa paling benar, bahkan terobsesi dengan nikmatnya surga yang dijanjikan... dan disamping ego tersebut masih belum bisa menerima kepahitan-kepahitan. Baik itu jasmani maupun rohani. Saya masih melayang diantara hitam-putih, panas-dingin, baik-buruk, benar-salah, senang-susah, pujian-makian. Sesuatu yang sangat relatif tetapi punya tendensi ke arah tertentu.

Sampai suatu saat saya men-scan kembali perasaan saya mengenai cinta... ketika secara nggak sengaja saya dengar pembicaraan orang yang kira-kira begini: "Cinta akan lebih bisa terpahami jika tidak bersandar dengan "karena" tapi bersandar dengan "walaupun".

Anda nggak faham yach...? samma

Mau pake rumus...?,

Misalkan... Selama ini dengan kedok cinta, saya mencintai A "KARENA" c,d,e,f,g… (sesuatu yang sangat logis). Tapi masalahnya sekarang, kalau c,d,e,f,g-nya berkurang tidak mustahil cinta saya pada A bukan sekedar tereduksi lagi, akan tetapi mungkin akan habis dan tinggal kedoknya saja, karena ego saya yang menginginkan c,d,e,f,g-nya bukan karena A-nya itu.

Tetapi sebaliknya... Dengan berkedok cinta, saya mencintai A "WALAUPUN" v,w,x,y,z dst ..(mungkin terkadang nggak masuk akal). Akan tetapi, meskipun ada faktor v,w,x,y,z dst... tapi disini kita harapkan mudah2an cintanya semakin menyala dan kedoknya semakin menghilang.

Saya hanya sedikit teringat, suatu kisah seorang sufi yang mengatakan bahwa beliau 'mimpi seakan-akan berada di hadapan Allah' kemudian Allah berkata:

(dalam bahasa yang lebih sederhana) ........

Ketika AKU baru menciptakan manusia, mereka semua mengaku cinta kepada-KU.

Kemudian KU-ciptakan dunia, sebagian besar berpaling ke dunia lari meninggalkan-KU, hanya sedikit yang tetap mencintai-KU

Kemudian KU-ciptakan Surga, sebagian besar dari yang sedikit itu berpaling padanya, dan tinggal sedikit dari yang sedikit tetap mencintai-KU

Kemudian KU-ciptakan Neraka, sebagian besar dari yang sedikit dari yang sedikit tadi lari meninggalkan-KU karena takut padanya, maka tinggallah sedikit dari yang sedikit dari yang sedikit tetap cintanya kepada-KU.

Pada yang sedikit dari yang sedikit dari yang sedikit itu KU-timpakan ujian, Sebagian besar dari yang sedikit dari yang sedikit dari yang sedikit itu tidak tahan dan mengeluh, hingga hanya tinggallah sedikit dari yang sedikit dari yang sedikit dari yang sedikit tadi masih tetap cintanya kepada-KU.

Kepada yang tersisa itu AKU katakan... "Kalian tidak menginginkan dunia, tidak mengharapkan surga, tidak lari dari neraka, dan tidak mengeluh dari ujian, lalu apa yang kalian inginkan...?"

"Engkau lebih mengetahui apa yang kami inginkan, jawab mereka."

"AKU akan memberikan cobaan yang berat pada kalian, sebanyak napas kalian; bahkan gunung yang kokoh sekalipun tidak akan sanggup menanggungnya, apakah kalian akan tetap bersabar...?"

"Jika KAU yang menurunkan cobaan itu, kami siap menerimanya."

Kata Allah... "Kalian adalah hamba-hamba-KU yang sejati. Kalian adalah pecinta-KU yang sidiq. Aku akan beri kalian dunia dan surga. Aku akan menyingkirkan segala bencana dari kalian."

Mereka yang tersisa itu-lah hamba-KU.

---o0o---

Alhamdulillah... Allah Maha Pemurah, jika tidak karena ada cinta-Nya mustahil kita akan mampu bertahan dengan segala ujian dari-Nya.

Selasa, 01 April 2008

Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas daripada salah satu daripada 4 sifat yang membinasakan iaitu: Ia akan mati dan hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu dibelanjakan bukan pada tempatnya atau; hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang zalim atau; hartanya menjadi rebutan orang-orang jahat dan akan dipergunakan untuk kejahatan pula atau; adakalanya harta itu akan dicuri dan dipergunakan secara berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna
(Sayidina Abu Bakar)

Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas daripada salah satu daripada 4 sifat yang membinasakan iaitu: Ia akan mati dan hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu dibelanjakan bukan pada tempatnya atau; hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang zalim atau; hartanya menjadi rebutan orang-orang jahat dan akan dipergunakan untuk kejahatan pula atau; adakalanya harta itu akan dicuri dan dipergunakan secara berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna
(Sayidina Abu Bakar)

Jika tidak karena takut dihisab, sesungguhnya aku akan perintahkan membawa seekor kambing, kemudian dipanggang untuk kami di depan pembakar roti.
(Sayidina Umar bin Khattab)

Barangsiapa takut kepada Allah SWT nescaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki.
(Sayidina Umar bin Khattab)

-Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya
-Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina
-Orang yang menyintai akhirat, dunia pasti menyertainya
-Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga

(Sayidina Umar bin Khattab)








Sabtu, 29 Maret 2008

Satu Pelajaran dari Pohon Kelapa


Sebuah pepatah dari Ranah Minangkabau berbunyi, "Alam takambang jadi guru". Ini bisa diterjemahkan bahwa alam semesta bisa berperan sebagai guru bagi kita, manusia. Dia mengajarkan kita akan banyak hal tentang bagaimana menjalani kehidupan sebagai hamba Allah. Alam semesta -salah satu wujud ayat kauniyah dari Ilahi- tidak tersurat seperti halnya ayat-ayat qouliyah yang kita baca dalam Al Quran. Pelajaran yang diberikannya tidak tertulis dalam bentuk jilid buku dan tidak pula disampaikan pada suatu komunitas belajar, tapi berupa hikmah tersirat yang diperlihatkan melalui fenomena-fenomena alam.

eramuslim - Ada satu jenis tanaman yang menjadi khas di daerah pesisir. Rasanya keelokan alam pesisir belum lengkap tanpa kehadirannya. Dia adalah pohon kelapa, Si Nyiur melambai di tepi pantai. Selain memberi keindahan, sebenarnya kelapa punya keunggulan tersendiri. Untuk mengetahui itu, mari kita kenali lebih dekat.

Ahli taksonomi mengklasifikasikan kelapa ke dalam kelas monokotil (tumbuhan biji berkeping satu) dan suku Palmae. Dengan demikian, ciri utama batang kelapa adalah tidak bercabang. Batangnya cukup kokoh dan luas penampangnya juga relatif besar. Fakta inilah yang membuat batang kelapa menjadi pilihan utama sebagai tiang rumah atau bahan konstruksi jembatan tradisional yang masih sering kita temui di pedesaan.

Sekarang kita perhatikan bagian lainnya, yaitu daun. Ketika menghadiri resepsi pernikahan, kita sering melihat hiasan yang biasa disebut janur kuning pada gerbang gedung atau rumah tempat penyelenggaraan acara. Itu dibuat dari daun kelapa. Untuk menyambut hari raya atau acara besar lainnya, tidak jarang kita menemukan ketupat sebagai salah satu hidangan. Kemasan ketupat itu pun dianyam dari daun kelapa. Selain itu, para perangkai bunga juga sering menggunakan daun kelapa untuk melengkapi kesempurnaan kreasinya.

Tunggu dulu, masih ada bagian dari daun yang sering kita gunakan, lidi. Dalam keseharian, lidi bisa dijumpai sebagai tusuk sate, sapu lidi, ataupun sebagai salah satu bahan untuk membuat prakarya.

Beralih ke buah. Siapa yang tidak pernah merasakan segarnya es kelapa muda? Bahan bakunya adalah air dan daging buah dari kelapa yang masih muda. Dengan menambahkan es, susu, sirup, biji selasih, ataupun bahan makanan lain, kita bisa menghidangkan minuman yang nikmat ini. Di samping itu, air kelapa juga bisa diproses menjadi nata de coco atau ditambahkan ke dalam adonan cabe yang sedang digoreng untuk mendapatkan sepiring dendeng balado yang lezat.

Daging buah dari kelapa yang sudah tua bisa diparut kemudian diperas untuk mendapatkan santannya. Santan ini bisa digunakan sebagai salah satu bahan baku makanan dan bisa juga diolah menjadi minyak kelapa. Ampas dari perasan parutan kelapa tadi dapat digunakan untuk membersihkan lantai semen supaya lebih mengkilap.

Masih bagian dari buah, yaitu tempurung kelapa. Bagian ini bisa digunakan untuk membuat vas bunga, jepitan rambut, dan aneka kerajinan tangan. Bisa juga diolah menjadi arang yang dipakai untuk membakar sate atau sebagai sumber panas pada setrika tradisional. Tempurung kelapa ini bahkan juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan katalis sebuah reaksi hidrogenasi pada industri petrokimia.

Masih ada lagi, sabut kelapa! Lihatlah, dengan memintalnya kita bisa memperoleh seutas tali tambang yang kuat. Untuk menyalakan perapian, kita juga bisa menggunakan sabut kelapa ini bersama pelepah daun kelapa dan kulit terluar buah kelapa.

Subhanallah! Betapa mengagumkan si kelapa ini. Setiap bagian kecil tubuhnya pun bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Uraian di atas hanyalah sedikit bukti manfaat kelapa bagi manusia, belum termasuk kegunaannya bagi hewan dan tumbuhan lain. Perjalanan waktu selanjutnya akan melahirkan bukti-bukti lain betapa bermanfaatnya makhluk Allah yang bernama kelapa ini. Dan sadarilah, ini pelajaran penting yang diberikan kelapa kepada kita, yaitu menjadi makhluk yang bermanfaat banyak bagi makhluk lain.

Teman,
Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (ahsani taqwim). Masing-masing kita dikaruniai keunikan yang dijadikan modal untuk bergelut di lahan yang diminati. Yang patut digarisbawahi, bagaimanakah kita menggunakan semua titipan-Nya itu selama ini?

Memang, kita mungkin tidak pernah menyia-nyiakan semua pemberian-Nya itu. Kita bahkan selalu bekerja keras untuk menggunakan semua potensi yang kita miliki itu seoptimal mungkin. Namun, seringkali kita memanfaatkannya untuk menghasilkan karya-karya yang hanya berorientasi pada diri sendiri. Tak jarang kita hanya berkutat dengan kepentingan diri sendiri dan merasa tidak perlu untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kemaslahatan orang banyak, apalagi untuk alam semesta dalam skala yang lebih besar.

Bukankah Allah SWT berfirman, "Dan tidaklah kamu diutus melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam" (QS. Al Anbiyaa [21] : 107)

Menjadi rahmat bagi semesta alam adalah peran yang diamanahkan oleh Allah kepada seluruh manusia. Dan Allah takkan memberi amanah tersebut jika kita tak mampu melaksanakannya. Masing-masing kita sebenarnya sudah dibekali-Nya modal dan potensi untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi makhluk lain. Entah itu berupa harta, tenaga, ilmu, pikiran atau yang lainnya. Dengan izin-Nya, semua itu bisa kita kelola supaya memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi makhluk yang lain.

Renungkanlah perkataan Sayyid Quthb ketika ia menghadapi kematiannya di tiang gantungan, "Kebahagiaan yang sesungguhnya aku rasakan adalah ketika aku merasa yakin bahwa aku telah meninggalkan sesuatu yang berharga bagi penerusku". Perkataannya bukan tiada bukti. Lihatlah, begitu banyak orang yang memperoleh manfaat banyak dari karya-karyanya, terutama Tafsir Fi Zhilalil Quran yang kerapkali dijadikan rujukan untuk mendalami Islam.

Ingatlah Asy-Syahid Yahya Ayyash, sang insinyur elektro kelahiran Rafat, Palestina. Dengan kecerdasannya, lulusan Universitas Beir Zeit ini mampu merakit bom yang susah dicari tandingannya. Bisa dikatakan bahwa ia adalah otak di balik aksi bom syahid HAMAS. Semangat jihadnya yang menggebu-gebu memberi dukungan psikologis yang besar untuk rekan-rekan seperjuangannya. Pada waktu syahidnya 5 Januari 1996 silam, Palestina menangis. Diperkirakan seperempat juta rakyat Palestina turun ke jalanan menyusun iring-iringan sepanjang 40 km untuk mengantar jenazahnya. Mereka tentu tidak akan merasa kehilangan sampai seperti itu jika sepak terjang sang insinyur tidak memberi arti yang sangat penting bagi perjuangan mereka.

Dan teladanilah Rasulullah SAW. Penduduk Makkah tidak akan melupakan solusi jeniusnya ketika meletakkan Hajar Aswad kembali pada tempatnya setelah perbaikan Ka'bah. Pertumpahan darah antar kabilah Quraisy terhindarkan. Bukan hanya itu! Gelar Al Amin juga membuat tetangga sekitarnya mempercayakan harta mereka kepada beliau untuk dijaga. Kepiawaiannya dalam memimpin tidak hanya dirasakan oleh ummat Islam, tapi juga oleh orang beragama lain yang merasa nyaman dengan kebijaksanaannya. Menjelang akhir hayatnya, beliau masih sempat berpesan pada istrinya, Aisyah ra. untuk menginfakkan uangnya yang berjumlah 7 dinar kepada fakir miskin di kalangan Muslimin. Dan sampai saat ini, segala perilakunya dijadikan contoh teladan bagi kita semua.

Saudaraku,
Hidup sebagai manusia adalah sebuah takdir. Tapi menjalani hidup yang bermanfaat bagi orang lain adalah sebuah pilihan. Bukanlah sembarang pilihan, tapi pilihan yang sangat disukai Allah. Kita-lah yang memilih apakah kita hanya akan berjibaku dengan diri sendiri atau memiliki orientasi yang diridhai-Nya, yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam. Kita juga yang menentukan jalan penggunaan tenaga, harta benda, ilmu, pikiran, dan nikmat-nikmat lainnya sebagai sesuatu hal yang bermanfaat banyak, tidak hanya untuk diri kita, tapi juga bagi orang lain dan lingkungan sekitar. Dan tidakkah kita berkeinginan untuk masuk ke dalam golongan terbaik dari ummat Nabi Muhammad SAW?

"Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kalau kelapa saja bisa memberi manfaat banyak bagi sekitarnya, apalagi kita, makhluk yang diciptakan-Nya dengan sebaik-baik bentuk?

Allahu a'lam bish-showab,

Siska, Gadis Bisu yang Salehah



Gadis itu bernama Siska. Entah kenapa malam ini aku teringat padanya. Pertama kali melihatnya, saat itu ba'da maghrib, ketika aku sedang rapat di masjid. Saat itu, ia menangis sesenggukan di serambi masjid.

Dengan bahasa bibir aku bertanya saat matanya yang basah menatap ke mataku : "Kenapa?". Pertanyaan jarak jauh yang dijawabnya dengan gerakan-gerakan tubuh tertentu. Aku tak begitu paham apa maksudnya, tapi suara teriakan anak-anak TPA sebelumnya membuatku menarik kesimpulan : Anak itu menangis karena diejek teman-temannya. Tangisnya berhenti tak lama sesudahnya, perhatianku pun kembali terarah pada materi rapat.

Pertemuan itu berlalu begitu saja. Entah berapa lama sesudah itu, aku mulai hampir melupakannya. Sampai suatu saat, aku mencoba menjadi pengajar TPA. Di sana, aku bertemu lagi dengan dia. Saat itulah aku tahu, bahwa anak yang menangis malam itu bernama Siska dan untuk pertama kalinya, aku baru sadar kalau dia bisu. Ya, bisu dan mungkin sedikit tuli karena teman-temannya selalu berbicara keras padanya agar dia mengerti.

Siska tak aku bedakan dengan murid-murid TPA lain yang normal. Meski begitu, dia menempati sebuah ruang khusus di hatiku karena dia semangat sekali mengaji. Jangan ditanya bagaimana perasaanku saat menyimak tilawahnya yang terbata-bata namun tetap berirama. Jangan ditanya juga bagaimana bingungnya aku mengecek benar atau tidaknya bacaannya. Begitulah, Siska hampir tak pernah absen mengaji.

Bersama sepupunya, Iis, juga Rira, Farida, dan anak-anak lain, ia turut memberi warna lain dalam hari-hariku. Warna-warni dunia kanak-kanak dan ABG yang ceria, riang, dan tanpa beban, sebuah dunia yang sama sekali lain dengan dunia kampus dan perkuliahan.

Sayang, aku cuma beberapa bulan menjadi guru TPA. Jadwal mengajar selepas Maghrib sampai Isya' membuatku nyaris tiap hari P4 : pergi pagi, pulang petang. Sungkan juga dengan Ibu-Bapak kos. Belum lagi kos-kosan yang lumayan jauh dan sepi tak memungkinkanku untuk pulang jalan kaki sendirian, padahal jam 8-an angkot mulai tak ada. Aku memutuskan mundur.

Berhenti mengajar, membuatku lama tak bertemu Siska dan teman-temannya. Kabar terakhir kudengar, Siska dan Iis keluar dari TPA yang dulu itu dan pindah ke TPA di dekat kosanku, entah kenapa. Yang kutahu, Siska tetap rajin mengaji.

Kadang kami bertemu di bundaran, di jalan saat ia pulang mengaji dan aku pulang ke kosan. Terakhir bertemu dengannya, saat aku hendak pulang mencegat angkot di depan masjid. Penampilannya sedikit berubah. Ada bintik-bintik bekas luka yang mengering di mukanya. Aku mengenalinya sebagai bekas cacar air. Iis menjelaskan padaku bahwa Siska memang baru saja sembuh dari penyakit itu.

Ah..Siska, dimana pun engkau mengaji, aku akan tetap mengenangmu. Saat aku malas membaca Al Quran, tilawahmu yang terbata-bata namun tetap berirama akan kuingat untuk melecut semangatku. Saat aku merasa rendah diri, aku akan mengingatmu yang pantang menyerah, yang tetap semangat mengaji dalam kebisuanmu, meski ketika pertama melihatmu dulu, kau menangis karena diejek teman-temanmu : "Siska bisu...Siska bisu!"

Susunan program kegiatan FOSKI



  1. Sie Dakwah

  • Khutbah Jum’ad setiap minggu ke-4

  • Kajian Alumni

Kajian yang di isi oleh alumni FOSKI

  • Sholat Dhuha

Memimpin jalannya sholat dhuha setiap pagi

  • Kegiatan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)

Kegiatan yang di adakan setiap satu tahun sekali. Misalnya, hari Maulid Nabi Muhammad, Isra’ Mi’raj, Pondok Ramadhan, Silaturrahim Idzul Fitri, dsb.

  • Tadarus Al-Qur’an

Diadakan setiap Mabit (Malam Bina Iman dan Taqwa)



  1. Sie Kreativitas

    • Nasyid

Sebuah seni Islam di bidang Musik, sebagai media dakwah melalui alunan-alunan lagu.

    • Kaligrafi

    • Hadrah

    • FOSPEK (Forum Sillaturrahim dan Pengenalan Kampus)

Serangkaian acara yang di ulas setiap satu tahun sekali, guna menyambut siswa-siswi baru di awal tahun ajaran baru.

    • Majalah dinding

    • Rihlah

Diadakan setiap hari libur sekolah. Semacam kegiatan di ruang terbuka, misalnya, camping atau refresing di tempat-tempat wisata.

    • Sambut Ramadhan Ceria

Kegiatan kajian yang diadakan untuk menyambut bulan Ramadhan.





  1. Sie IPTEK

    • Perpustakaan

    • Study Club

Kegiatan belajar bersama. Di sini dibuka semacam pembelajaran yang efektif, sharing tentang pelajaran, dan juga belajar kelompok.

    • Kajian Trining

Diadakan setiap satu bulan sekali, pelatihan untuk melatih mental dan kemampuan konsentrasu berfikir kita

    • Mabit (Malam Bina Iman dan Taqwa)

Kegiatan bermalam di sekolah setiap dua minggu sekali. Kegiatan ini bertujuan untuk membuna keimanan dan ketaqwaan kita.



  1. Sie Jasmani

    • Kegiatan Olah Raga Jasmani



  1. Sie Keputrian

    • Kajian Keputrian


Selasa, 25 Maret 2008

Jadilah Aktivis Muslimah Harapan Rosululloh

Menjadi wanita memang menyenangkan, apalagi wanita "Muslimah", sebab muslimah berarti wanita yang telah diseleksi oleh Allah untuk menerima hidayah-Nya dan menjalankan kehidupan sesuai dengan sunnah Rasul-Nya.

Rasulullah sebagai manusia pilihan Allah, sangat peduli terhadap muslimah. Beliau sangat menyayangi muslimah sehingga beliau berpesan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, "Tidaklah seorang muslim yang mempunyai anak dua orang perempuan kemudian ia berbuat baik dalam berhubungan dengan keduanya akan bisa memasukannya ke dalam surga."

Di masa beliau hidup kaum wanita merasakan angin segar dalam kehidupannya, setelah sebelumnya pada masa jahiliyah hidup teraniaya, tidak mendapatkan hak yang semestinya.

Kehidupan wanita muslimah saat itu boleh dikata beruntung dibandingkan dengan wanita sekarang pada umumnya. Karena muslimah relatif hidup dalam komunitas masyarakat yang memahami nilai Islam secara baik. Hidup mereka betul-betul tersanjung, karena mereka merasakan hidup sesuai fitrahnya.

Berbeda dengan situasi sekarang, ketika banyak wanita menuntut emansipasi, persamaan derajat. Boleh dikatakan kehidupan wanita sekarang berada ditengah komunitas masyarakat yang tidak memahami nilai-nilai Islam. Ini menyebabkan ketidaknyamanan dalam hidup mereka.

Sudah tentu wanita muslimah harus berupaya menghilangkan ketidaknyamanan tersebut. Caranya adalah dengan mulai mengaktifkan dirinya dalam pelaksanaan nilai-nilai Islam serta berupaya mengaktivisir wanita lain untuk beramal Islami.

Ustadz Faisal Maulawi, seorang Mufti Libanon, menyatakan, "Saatnya sekarang kondisi ummat sedang dalam keadaan bahaya, para wanita muslimah yang sholihah terjun untuk terlibat aktif dalam membentengi dan memperbaiki ummat."

Untuk menjadi muslimah yang disayang oleh Rasulullah SAW hendaknya diperhatikan empat hal berikut:

1. Faqihah Lidiiniha

Seorang muslimah hendaknya faqih (paham) terhadap din (agamanya). Selayaknya ia dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dalam arti pas tajwid dan makhorijul hurufnya. Kemudian dapat membaca hadits dan selalu pula menjadi bacaan hariannya, karena dengan itu ia memahami keinginan Rasulnya untuk kemudian berusaha menyesuaikan kehidupannya sesuai dengan cara hidup Rasulullah SAW.

Setelah itu ia berusaha menyesuaikan kehidupannya sesuai dengan cara hidup Rasulullah SAW. Ia juga harus berusaha memperkaya diri dan wawasannya melalui belajar kepada seorang guru yang jujur dalam menyampaikan ilmunya, dan berusaha banyak membaca buku agama lainnya seperti tentang aqidah, akhlaq, fiqh, siroh, fiqh da'wah, Tarikh Islam, sejarah dunia dan ilmu kontemporer lainnya. Contoh muslimah yang menguasai ilmu-ilmu ini adalah Aisyah RA.

2. Najihah fi Tarbiyyati Auladiha

Seorang aktifis muslimah yang telah berkeluarga hendaknya mengupayakan kesuksesan dalam mendidik anaknya, bahkan bagi bagi seorang aktivis yang belum berkeluargapun seharusnya mempelajari bagaimana cara mendidik anak dalam Islam, karena ilmu tersebut fardhu 'ain, sehingga mempelajarinya sama dengan mempelajari wudhu, sholat, shoum, dan yang lainnya. Sehingga ia tahu betul cara mendidik anak dalam Islam yang nantinya anak-anak tersebut akan ia persembahkan untuk kejayaan Islam dan kaum muslimin. Insya Allah kelak ia akan menjadi Ibu yang sukses seperti Hajar dan Khadijah ra.

3. Muayyidah fi Da'wati Zaujiha

Sebagai aktifis amal Islami, kepedulian kita bukan hanya kepada masalah eksternal, mengupayakan pelaksanaan amal Islam terhadap orang lain, akan tetapi kepedulian terhadap aktifitas keluarga harus lebih diutamakan, misalnya memberikan motivasi amal Islami kepada anak, pembantu, juga suami.

Ia menjadi muslimah yang senantiasa menjadi motivator kebaikan suaminya, seperti Ummu Sulaim yang menikah dengan Abu Tholhah dengan mahar syahadat. Namun ketika Abu Tholhah wafat Rasulullah mensholatkannya sampai sembilan kali takbir, saking sayangnya Rasulullah kepada beliau karena tidak pernah absent dalam beramal dan berjihad bersama Rasul.

Hal ini ia lakukan karena selalu mendapat motivasi dari Ummu Sulaim, istrinya.

4. Naafi'ah Fi Tagyiiri Biiatiha

Ia selalu peduli terhadap lingkungannya, selalu membuka mata dan telinga untuk mengetahui kondisi lingkungannya, berusaha menjadi anashir tagyiir (unsure perubah) dalam lingkungannya, selalu mengupayakan lingkungannya menjadi lebih baik.

Contohnya Ummu Syuraik yang selalu mengelilingi pasar bila saat sholat tiba untuk mengingatkan penghuni pasar agar segera melaksanakan sholat dengan kalimatnya yang terkenal 'Assholah, Assholah!!!'
Nyalakanlah Api Cinta


Malam itu semua peserta pelatihan saya kumpulkan dan duduk melingkar dalam satu ruangan. Tanpa setitik pun penerangan dalam ruangan tersebut sehingga masing-masing peserta nyaris tak dapat melihat wajah peserta di sebelahnya. Dalam keadaan gelap seperti itu, tak banyak yang bisa dilakukan seseorang. Berjalan pun harus meraba-raba dengan langkah yang tersendat dan penuh hati-hati agar tak menabrak sesuatu atau terjerembab yang menyebabkan luka.

“Apa yang bisa Anda lakukan dengan keadaan seperti ini?,” saya membuka suara di keheningan malam yang terasa semakin pekat.

Beberapa peserta mencoba menjawab seadanya, meski sebagian mereka tak benar-benar tahu dari mana arah suara saya. Saya tak sedang mengajak peserta merasakan bagaimana rasanya tak memiliki penglihatan, juga tak sedang meminta mereka berempati kepada para tuna netra meski hal itu sangat penting untuk dilakukan.

Kemudian salah seorang peserta memecah kebekuan, “Apalah yang bisa saya lakukan tanpa cahaya, semuanya begitu sulit dan mencekam. Dalam keadaan seperti ini saya pasti membutuhkan bantuan orang lain.”v“Anda tak membutuhkan orang lain, yang Anda butuhkan adalah diri Anda sendiri,” tegas saya.

Meski tak dapat melihat dengan jelas raut wajah mereka, namun saya yakin sebagian besar mereka bertanya-tanya maksud pernyataan saya tadi. Ketika seseorang mengaku membutuhkan orang lain dalam kondisi yang pekat, justru saya katakan dia hanya membutuhkan dirinya sendiri.

Sedetik kemudian saya menyalakan sebatang lilin di tangan saya. Setitik cahaya berpendar di wajah saya, teramat kecil titik itu sehingga hanya mampu menerangi seperduapuluh dari ruangan tersebut. Sebelumnya saya juga membekali para peserta masing-masing sebatang lilin, namun saya tak menyertakan pemantik api kepada mereka.

“Yang harus Anda lakukan adalah menolong diri Anda sendiri. Api lilin ini melambangkan cinta dan saya akan membagi api cinta ini kepada Anda”

Saya dekatkan api lilin untuk menyalakan lilin di sebelah saya sambil mengatakan bahwa saya ingin memulai sebuah hubungan yang indah bersamanya dengan membagi cinta saya kepada Anda dan saya harap Anda mau menyalakan api cinta Anda. Saya pun meminta ia menggunakan lilin saya untuk menyalakan lilin rekan di sebelahnya dan seterusnya. Ketika terdapat dua lilin yang menyala di ruangan itu, tentu ruangan itu bertambah terang, terlebih ketika satu-persatu dari semua lilin yang dimiliki peserta menyala. Adakah lagi kegelapan di ruang itu?

“Saat saya membagikan api lilin kepada masing-masing Anda, apakah api di lilin saya semakin kecil? Dengan memberikan cinta saya kepada semua orang yang ada di ruangan ini apakah kadar cinta saya semakin berkurang? Saat masing-masing Anda mendapatkan api cinta dari saya, apakah Anda mendapatkan api cinta yang lebih sedikit? Tentu saja tidak, Anda saksikan bahwa nyala api lilin kita sama besarnya.”

“Setelah semua lilin dinyalakan, Anda bisa melihat bahwa cahaya di ruangan ini jauh lebih terang dibanding ketika hanya lilin saya yang menyala”

Lalu saya pun mengajukan pertanyaan, “Apakah masing-masing kita mempunyai cukup api cinta untuk dibagikan kepada orang-orang di sekitar kita? Adakah yang khawatir api cinta Anda seketika mati saat Anda membaginya kepada orang lain?

Saya menutup sessi pelatihan itu dengan wajah tersenyum saat melihat wajah-wajah penuh cinta berpendar cahaya lilin. Indah nian jika semua cinta dapat dibagi, karena di luar sana teramat banyak sahabat yang membutuhkan cinta kita. Wallaahu ‘a’lam

dan kau lilin-lilin kecil, sanggupkah kau memberi seberkas cahaya… (James F Sundah)

Allah Mengajarkan Cinta


Pernahkah hatimu merasakan kekuatan mencintai
Kamu tersenyum meski hatimu terluka karena yakin ia milikmu,
Kamu menangis kala bahagia bersama karena yakin ia cintamu
Cinta melukis bahagia, sedih, sakit hati, cemburu, berduka
Dan hatimu tetap diwarnai mencintai, itulah dalamnya cinta

Pernahkah cinta memerahkan hati membutakan mata
Kepekatannya menutup mata hatimu memabukkanmu sesaat di nirwana
Dan kau tak bisa beralih dipeluk merdunya nyanyian bahagia semu
Padahal sesungguhnya hanya kehampaan yang mengisi sisi gelap hatimu
Itulah cinta karena manusia yang dibutakan nafsunya

Cinta adalah pesan agung Allah pada umat manusia
DitulisNya ketika mencipta makhluk-makhlukNYA di atas Arsy
Cinta dengan ketulusan hati mengalahkan amarah
Menuju kepatuhan pengabdian kepada Allah dan Rasulnya
Dan saat pena cinta Allah mewarnai melukis hatimu,
satu jam bersama serasa satu menit saja

Ketika engkau memiliki cinta yang diajarkan Allah
Kekasih menjadi lentera hati menerangi jalan menuju Illahi
Membawa ketundukan tulus pengabdian kepada Allah dan RasulNya
Namun saat cinta di hatimu dikendalikan dorongan nafsu manusia
Alirannya memekatkan darahmu membutakan mata hati dari kebenaran

Saat kamu merasakan agungnya cinta yang diajarkan Allah
Kekasih menjadi pembuktian pengabdian cinta tulusmu
Memelukmu dalam ibadah menuju samudra kekal kehidupan tanpa batas
Menjadi media amaliyah dan ketundukan tulus pengabdian kepada Allah
Itulah cinta yang melukis hati mewarnai kebahagiaan hakiki

Agungnya kepatuhan cinta Allah bisa ditemukan dikehidupan alam semesta
Seperti thawafnya gugusan bintang, bulan, bumi dan matahari pada sumbunya
Tak sedetikpun bergeser dari porosnya, keharmonisan berujung pada keabadian
Keharmonisan pada keabadian melalui kekasih yang mencintai
Karena Allah adalah kekasih Zat yang abadi

Cintailah kekasihmu setulusnya maka Allah akan mencintaimu
Karena Allah mengajarkan cinta tulus dan agung
Cinta yang mengalahkan Amarah menebarkan keharmonisan
Seperti ikhlas dan tulusnya cinta Rasul mengabdi pada Illahi
Itulah cinta tertinggi menuju kebahagiaan hakiki

Air Mata Rasulullah SAW



Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.

"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum --peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik alaaa wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Batas-batas Kebolehan Bersolek



Apa yang dimaksud dengan bersolek dalam firman-Nya SWT, "Dan jangan1ah kamu berhias seperti orang-orang Jahiliyah dahulu " (QS. al-Ahzab: 33) dan apa maksud dari hadis Nabi saw, "Pada umatku yang terakhir akan terdapat perempuan-perempuan yang berpakaian namun [hakikatnya] mereka telanjang, mereka menyimpang [dari kebenaran] dan tidak berpendirian seperti onta-onta gemuk yang tak berguna (kaasminati al-bukhti al-ijaf), laknatlah mereka karena mereka memang terlaknat."

Ayat tersebut ingin menegaskan tentang pelarangan bersolek, yaitu keluarnya wanita dengan menampakkan perhiasannya yang mencolok, baik dengan memakai kosmetik maupun membuka wajahnya (tidak berjilbab), atau dengan memakai pakaian yang seksi di mana kewanitaannya bergerak di luar lingkungan kaum wanita, yang berakibat secara langsung atau tidak langsung kepada adanya ketertarikan dari lawan jenis seperti yang disebutkan dalam ayat yang lain, "Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya." (QS. al-Ahzab: 32)

Sesungguhnya Al-Qur'an al-Karim tidak menginginkan wanita keluar rumah dengan gaya yang memancing keadaan "berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. " Atau, gaya bicaranya mengundang hasrat seksual itu.

Dan barangkali maksud dari perempuan-perempuan yang berpakaian namun mereka telanjang adalah wanita-wanita yang memakai pakaian, tetapi perilaku mereka di tengah-tengah masyarakat persis seperti perilaku wanita yang telanjang, sebab ia menelanjangkan keadaannya untuk menarik lawan jenis, dan ia menelanjangkan sisi feminisme di dalamnya, di mana sama saja baginya baik ia memakai pakaian atau tidak.

Kapan wanita berhak untuk berhias? Dan apa batas-batas yang diletakkan dalam hal itu? Dan apakah berhak baginya dalam keadaan seperti ini untuk bersolek dengan pakaian popularitas? Mengapa?

Wanita berhak untuk memasang semua perhiasannya di kalangan sesama wanita, sampai pada batas tidak menjadi faktor adanya daya tarik kalangan wanita sendiri kepadanya, yang boleh jadi akan mendorong penyimpangan seksual sesama wanita (lesbian- pent.). Dan wanita dapat menikmati sifat femininnya sampai pada puncaknya bersama suaminya, karena tidak ada hal yang diharamkan antara suami dan istri pada tingkat ini.

Adapun ketika ia berada (berkumpul) bersama kaum pria, maka ia harus berusaha untuk tampil sebagai manusia, dimana pria tidak merasakan aroma femininnya yang menarik nalurinya. Atas dasar itu, wanita dapat keluar rumah dengan memakai pakaian yang syar'i yang menunjukkan keseimbangan dan nilai-nilai kemanusiaan, yang menjadikan orang lain melihat kepadanya dengan penglihatan manusia kepada manusia yang lain.

Sedangkan berkaitan dengan pakaian popularitas, maka itu adalah masalah yang menyangkut penjagaan syariat (tahaffuzh syar'i) bagi laki-laki dan perempuan.

Mengenai perhiasan, apa yang dihalalkan dan diharamkan darinya? Apakah Allah mengharamkan minyak wangi?

Allah tidak mengharamkan minyak wangi kecuali jika mempunyai penetrasi yang kuat, sekiranya membentuk unsur seksual bagi lawan jenis, dan tidak mengharamkan perhiasan biasa, misalnya, cincin yang dipakai wanita di tangannya ketika ia keluar rumah. Tetapi, wanita tidak boleh menampakkan perhiasannya seperti kalung dan lain-lainnya, serta semua hal yang memiliki pengaruh negatif atas keseimbangan fitrah.

Apa pendapat Islam tentang usaha mempercantik diri melalui pembedahan dan penggunaan pigmen (zat warna) yang jelas dan yang tidak jelas?

Tidak ada larangan bagi wanita untuk melakukan operasi kecantikan jika ia menemukan sebagian keburukan rupa (cacat) di tubuhnya. Tapi, hendaklah ia memperhatikan aturan-aturan syariat berkaitan dengan dokter laki-laki dan dokter perempuan.

Bagaimana Busana yang Islami?



Apakah hijab (jilbab) merupakan busana yang mutlak atau yang relatif ditentukan oleh tradisi ( 'urf)?

Hijab dalam syariat mempunyai aturan-aturan tertentu yang tidak diabaikan oleh tradisi ( 'urf) .Yaitu, hendaklah wanita menyembunyikan (menutupi) tubuhnya selain wajahnya dan kedua telapak tangannya, dan ia tidak boleh keluar rumah dengan menampakkan perhiasannya dengan gaya berdandan seperti orang-orang Jahiliyah dahulu. Adapun mengenai bagaimana bentuk hijab, dan bagaimana pakaian yang harus dipakainya, maka hal ini kembali kepada 'urf (tradisi) dan kembali kepada wanita sendiri.

Karena itu, busana syar'i (islami) merupakan gaya pakaian yang biasa digunakan di pelbagai negara. Misalnya, orang-orang Arab menggunakan jubah (al-'ihaah), sedangkan orang-orang Parsi (Iran) dan selain mereka memakai cadar panjang yang menutupi kepala sampai kaki (syadur), dan barangkali sebagian mereka menggunakan gaya pakaian syar'i. Semua masalah ini terserah kepada tradisi-tradisi yang dikenal tentang .pemakaian hijab di pelbagai negara Islam.

Apakah menurut Anda terdapat busana hijab yang diutamakan?

Pada hakikatnya kami tidak menemukan busana yang diutamakan, tetapi 'ibaah boleh jadi paling tepat sebagai penutup, karena syadur terkadang menyusahkan wanita dan memerlukan kehati-hatian penuh, yang demikian ini akan menghambat kebebasan bergerak.

Apakah busana yang menampakkan feminin wanita secara seimbang dibenarkan oleh Islam?

Pertanyaan ini sepertinya tidak dapat dijawab, karena masalah yang digelindingkan di dalamnya kabur dan tidak jelas. Apa yang membedakan keseimbangan dengan yang lainnya dalam bidang ini? Sesungguhnya keseimbangan itu relatif dalam pandangan manusia, apa yang dilihat seseorang sebagai sesuatu yang seimbang, boleh jadi akan dilihat orang lain sebagai hal yang keluar dari batas keseimbangan. Ketika kita mempelajari Al-Qur'an berkaitan dengan hal ini, maka kita akan menemukan tiga masalah: masalah perhiasan, masalah berdandan, dan masalah "akan berhasrat orang yang di dalam hatinya ada penyakit". (QS. al-Ahzab: 32)

Ketika pakaian wanita melampaui tiga masalah tersebut, dengan pengertian bahwa ia tidak berupa obyek perhiasan, dan tidak berupa dandanan yang mencolok, serta tidak merangsang syahwat, maka dalam keadaan seperti itu dapatkan dikatakan bahwa hijab (pakaian wanita) itu sesuai dengan ketentuan syariat.

Bagaimana pendapat Islam dengan hijab yang populer dewasa ini?

Boleh jadi ia adalah bentuk dandanan yang dilarang, karena secara material ia memang hijab, tetapi secara maknawi ia bukan hijab.

Apakah Islam mengharamkan pakaian yang sangat halus?

Itu tidak diharamkan, tetapi penggunaan pakaian semacam itu boleh jadi tergolong berlebih-lebihan (israj) dan terlalu mewah.

Apa yang dimaksud dengan pakaian populer (syiyab as- syuhrah)?

Yang dimaksud dengan pakaian populer biasanya adalah pakaian pria yang digunakan oleh wanita, dan sebaliknya. Atau pakaian yang tidak umum, yang menimbulkan banyak perhatian, dan seterusnya.

Mengapa Allah SWT melarang menyerupai pakaian kaum kafir pada setiap zaman?

Islam menginginkan agar manusia pada umumnya menggunakan pakaiannya yang alami, baik yang berhubungan dengan pakaian kaum pria atau pun yang berhubungan dengan pakaian kaum hawa. Dan hendaklah laki-laki tidak berpakaian dengan pakaian perempuan, dan sebaliknya. Demikian juga sehubungan dengan pakaian orang-orang kafir yang merupakan ekspresi dari identitas khusus mereka, karena Islam secara garis besar menginginkan agar kaum Muslim memiliki ciri khas tersendiri melalui pakaian mereka yang membedakan mereka dari kalangan lain (non- Muslim -pent.) .Itu tidak berarti bahwa mereka harus menolak pakaian orang-orang lain. Apabila pakaian orang-orang lain bersifat umum, maka tidak ada masalah untuk menggunakannya. Adapun bila seorang Muslim memakai pakaian orang kafir yang menggambarkan ciri khas si kafir dan ciri khas jati dirinya, maka hal ini tidak dapat dibenarkan.

Badge dan Logo

Keterangan:

  1. FOSKI, merupakan nama dari organisasi, kependekan dari Forum Studi dan Kreatifitas Islam.
  2. Gambar buku, ciri salah satu motto kami yakni Belajar. Di organisasi ini bukan hanya berisikan tentang pengajian, namun Islam juga menyerukan untuk tetap mencari ilmu meski hingga ke ujung dunia.
  3. Cahaya dan SKI, cahaya merupakan logo dari Berfikir juga merupakan salah satu motto kami. Bahwa Islam selalu bercahaya terang kapanpun, dimanapun dan disetiap waktu. SKI, adalah Sie Kerohanian Islam, merupakan organisasi yang ada di setiap sekolah.
  4. Tasbih, juga merupakan salah satu symbol dari motto kami, yakni Berdzikir. Islam mengajarkan kepada setiap insan di dunia untuk senantiasa berdzikir dimanapun kita berada agar selalu ingat kepada Alloh SWT.
  5. Tangan, kita sebagai pemuda penerus agama, generasi muslim yang tertopang di tangan kita, kitalah yang memegang kekuatan penuh sebagai pemuda Islam.
  6. Jangkar, merupakan symbol bahwa organisasi ini bernaung di masjid At-Taqwa SMKN Perkapalan Sidoarjo.
  7. Simpul tali, bahwa umat manusia hidup bersama untuk saling membantu, dan senantiasa menjaga persaudaraan, dan kebersamaan.
  8. Warna bendera merah putih, bendera Negara Indonesia.
  9. Nama sekolah, SMKN Perkapalan.
  10. Nama Kabupaten, Sidoarjo.
  11. Warna hijau muda, merupakan symbol dari warna yang natural yang mana menggambarkan sosok warna kesejukan hati dari remaja Muslim se-Dunia.
  12. Warna hitam, bahwa sisi gelap dari seorang muslim haruslah di tempatkan di tempat yang paling kecil dari pikiran, hati dan jiwa kita, bahkan harusnya jangan sampai timbul dalam diri kita.

Jumat, 21 Maret 2008

Mukadimah


"Sedalam-dalamnya cinta antara engkau dan dia, sesungguhnya tiada yang dapat mengalahkan Cinta-Nya. Yang begitu indah, besar, suci, putih, dan memberi segala nikmat. Termasuk nikmat fikiran ini untuk dapat menuliskan, menginspirasikan, memikirkan setiap kata-kata yang begitu banyak mengandung arti dan makna. Sejenak aku berfikir, merangkai kata. Mencoba untuk yang terindah."
Seindah itu....

Senyuman indah terbentuk dalam setiap angan
yang memberi keindahan dalam setiap angan
Seindah itu Alloh menciptakan senyuman indah itu
dan tiada tara memberi kesejukan dalam setiap hariku


Tetaplah ingat akan apa yang di berikan Alloh kepada setiap hambanya
Senyuman sahabat yang begitu indah
Senyuman sahabat yang meluluhkan jiwa
Senyuman sahabat yang menenyegarkan dahaga


Seindah itu.................
Senyuman yang di berikan kepada setiap umat manusia
untuk saling mengenal sesama
membentuk sillaturrahmi diantara kita


Dan Alloh menjaga setiap...
Senyuman yang terukir dari mulut kita
untuk sahabat

Keagungan Illahi

Ratu malam sang rembulan
Raja siang sang matahari
Keduanya selalu bertentangan,

Tarik menarik
Dorong mendorong
Saling menguasai,
Seolah selalu bertanding tiada henti

Tiada yang kalah
Tak ada yang menag,
Karena dengan kedua sifat yang bertentangan ini
Seluruh alam semesta bergerak!

Dunia berputar,
Saling mengisi,
Yang satu melengkapi yang lain
Tanpa yang satu
Takkan ada yang lain,

Siang dan malam
Terang dan gelap
BAik dan jahat
Tanpa yang satu,
Apakah yang lain itu akan ada?
Tanpa adanya gelap,
Dapatkah kita mengenal terang?

Inilah sebuah kenyataan
Yang telah dikenhendaki Allah
Tanpa kehendaknya, takkan terjadi apa-apa
SENDIRI ITU...

seketika diri ini menjadi sunyi...
Hidup ini serasa sendiri...

malam dingin kini yang menyalimuti...
memberikan arti hidup yang begitu redup...

meski sekalipun banyak di antara kita merasakan bahagia...
namun selalu diri ini yang selalu merasakan sendiri...

sendiri itu...
hanya membuat kita semakin sendirian...

jangan sekali-kali menjauh dari mereka...
yang akan menjadi teman untuk hidupmu...

sendiri itu...
menyedihkan...
Suatu Hal...

Kumenatap langit malam
Begitu terang penuh kerlip bintang
Memberi secarik Cinta yang menusuk jiwa

Inginku terbang kelangit kelam
Untuk menggapai bintang yang penuh dengan harapan

Seputih cinta yang tak terkalahkan
oleh gelap dan redupnya jiwa yang kelam

Wajahmu

Mungkin kau berencana pergi,
seperti ruh manusia
tinggalkan dunia membawa hampir semua
kemanisan diri bersamanya

Kau pelanai kudamu

Kau benar-benar harus pergi
Ingat kau punya teman disini yang setia
rumput dan langit

Pernahkah kukecewakan dirimu ?
Mungkin kau tengah marah
Tetapi ingatlah malam-malam
yang penuh percakapan,
karya-karya bagus,
melati-melati kuning di pinggir laut

Krinduan, ujar Jibril
biarlah demikian
Syam-i Tabriz,
Wajahmu adalah apa yang coba diingat-ingat lagi oleh setiap agama

Aku telah mendobrak kedalam kerinduan,
Penuh dengan nestapa yang telah kurasakan sebelumnya
tapi tiada semacam ini

Sang inti penuntun pada cinta
Jiwa membantu sumber ilham

Pegang erat sakit istimewamu ini
Ia juga bisa membawamu pada Tuhan

Tugasku adalah membawa cinta ini
sebagai pelipur untukmereka yang kangen kamu,
untuk pergi kemanapun kaumelangkah
dan menatap lumpur-lumpur
yang terinjak olehmu

muram cahaya mentari,
pucat dingding ini

Cinta menjauh
Cahayanya berubah

Ternyata ku perlu keanggunan
lebih dari yang kupikirkan

bayang-bayang Nabi

Ya Rasulullah, apa yang harus dilakukan para pemimpin ?
"Membela yang lemah dan membantu yang miskin" jawab Nabi.

Ya Rasulullah, apa yang harus dilakukan ulama ?
Memberi contoh yang baik dan mendukung pemimpin
YAng membela orang - arang lemah" jawabnya

Ya Rasulullah ... apa yang harus dilakukan orang-orang lemah dan miskin ?
"Bersabarlah, dan tetplah bersabar
Jangan kau lihat pemimpinmu yang suka harta
Jangan kau ikuti ulamamu yang mendekati mereka
Jangan kau temani orang-orang yang menjilat mereka
Jangan kau lepaskan pandanganmu dari para pemimpin dan ulama yang hidupnya juhud dari harta"

Ya RAsulullah... Pemimpin seperti itu sudah tidak ada
Ulama seperti itu sudah menghilang entah kemana
Yang tersisa adalah pemimpin serakah
Yang tertinggal adalah ulama-ulama yang tama'
Banyak rakyat yang mengikuti keserakahan mereka
Ummat banyak yang meneladani ketamakan mereka !
Apa yang harus aku lakukan, Ya... RAsulullah !
Siapa yang harus aku angkat jadi pemimpin ?
Siapa yang harus aku ikuti fatwa-fatwanya ?
Siapa yang harus aku jadikan teman setia ?

"Wahai ummatku...
Tinggalkan mereka semua
Dunia tidak akan bertambah baik sebab mereka
Bertemanlah dengan anak dan istrimu saja
Karena Allah menganjurkan, "Wa 'asiruhunna bil ma'ruf"
Ikutilah fatwa hatimu
Karena hadits mengatakan, "Istafti qalbaka, wa in aftaukan nas waftauka waftauka"
Dan angkatlah dirimu menjadi pemimpin
Bukankah, "Kullulkum Ra'in, ea kullukum masulun 'an ra'iyyatihi ?"

Sedikit Tentang FOSKI


Assalamu'alaikum wr. wb.

FOSKI merupakan salah satu organisasi di SMKN 3 Buduran yang berjalan di bidang keagamaan, keimanan dan ketaqwaan ISLAM, yang mana insya Alloh akan mencetak generasi muda khususnya siswa SMKN 3 Buduran, untuk menjadi tenaga terampil yang tangguh serta mampu melaksanakan ISLAM secara kaffah. Organisasi yang awalnya bernama Forum Remaja Masjid yang kemudian pada tahun 1996 menjadi Forum Studi dan Kreatifitas Islam (FOSKI) yang tidak lain bernaung di Masjid At-Taqwa SMKN 3 Buduran (PERKAPALAN) Sidoarjo.

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara kaffah, janganlah kamu turut langkah-langkah syetan, karena dia adalah musuh yang nyata bagimu."
(QS. Al-Baqarah:208)


Visi
Sebagai wadah siswa untuk bersama dengan sekolah membentuk siswa yang berkualitas iman dan taqwa.


Misi
  1. Mengadakan kegiatan Keagamaan dalam rangka peringatan hari besar ISLAM
  2. Melakukan pembinaan berkelanjutan untuk menghasilkan siswa yang berkualitas iman dan taqwa yang baik


Motto
Belajar, Berfikir, Berdzikir